BULAN SYA`BAN, BULAN MELATIH KEIKHLASAN
Ditulis Oleh: Abu Uwais Musaddad
Bulan Sya`ban sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah -shallallahu `alaihi wa sallam- bahwa di bulan tersebut banyak manusia yang lalai dari beramal shalih, entah karena baru saja berletih Lelah dengan bulan Rajab yang merupakan bulan Haram (mulia), atau karena menggampangkan atau merasa terjepit waktunya atau merasa nanggung toh sebentar lagi Ramdhan sehingga nanti saja di bulan Ramadhan sekalian ditumpahkan segala cita tentang tekad beramal.
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid -radhiallahu `anhuma- ia berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ ؟!! قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: “Wahai Rasulullah! saya tidak melihat engkau berpuasa di berbagai bulan sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya’ban?. Beliau menjawab: Ini adalah bulan yang banyak disepelekan manusia, bulan ini terletak antara Rajab dan Ramadhan. Yaitu bulan diangkatnya amalan-amalan kepada Tuhan seluruh alam. Dan saya senang ketika amalanku di angkat dalam kondisi aku sedang berpuasa”. (Riwayat An-Nasa’I no. 2357).
Sehingga, bagi siapa yang nekat berjuang melawan bathinnya lalu beramal shalih di bulan Sya`ban, maka ia menyelisihi kebanyakan orang, ia berjuang tanpa banyak teman, ia berjuang dan tak mungkin dipamerkan, karena riya’ bisa menghapus amalan. Maka bulan Sya`ban ini adalah bulan melatih keikhlasan. Karena amal kita di bulan tersebut tidak banyak diketahui oleh orang lain, disebabkan mereka kebanyakan sedang lalai, sehingga mereka tidak memuji kita, dan itu sangat baik untuk keikhlasan kita, karena mereka tidak mengetahui prestasi kita. Dan di situ kita lebih mudah menyembunyikan amal, di situ kita lebih mudah mengamalkan hadits Nabi:
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُونَ لَهُ خَبِيءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ
Artinya: “Barang siapa diantara kalian yang mampu untuk memiliki amal sholeh yang tersembunyikan maka lakukanlah!”. (Dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani dalam As-Shahihah no. 2313).
Dan dari hadits tentang Sya`ban ini kita tahu bahwa ibadah yang dilakukan Nabi di bulan Sya`ban yang beliau hidupkan dengan jumlah lebih di banding bulan yang lain adalah puasa, karena puasa dan keikhlasan memiliki kedekatan sedekat-dekatnya. Puasa adalah ibadah yang tidak bisa diintip orang lain, ia hanya diketahui oleh Allah dan si pelaku, orang lain baru akan tahu bila diberi tahu, dan ibadah ini mestinya terjadi dengan ikhlas untuk Allah, karena jika tidak ikhlas tentu seseorang akan makan dan minum dengan bersembunyi dan itu tidak dinamakan puasa karena batal. Jika seseorang tetap mempertahankan lapar dan hausnya, ia tidak makan dan tidak minum padahal tidak ada manusia yang melihatnya, itu artinya ia sedang berharap kepada Allah agar ibadah puasanya tetap utuh (tidak sia-sia).
Berbeda dengan shalat bisa dilihat manusia, zakat atau sedekah bisa dilihat manusia, haji dan umrah bisa dilihat manusia, sedangkan puasa maka dia adalah ibadah yang tidak terlihat, maka ini semakin melatih untuk ikhlas di bulan-bulan selanjutnya.
|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Kamis 15 Sya`ban 1441 H/ 09 April 2020 M.
(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 1288).
Dukung Dakwah Pesantren Minhajussunnah Al-Islamiy Desa Kotaraya Sulawesi Tengah Dengan Menjadi DONATUR.
REKENING DONASI: BRI. KCP. KOTARAYA 1076-0100-2813-504 a.n. MUKHLISIN, Konfirmasi ke nomer HP/WA 085291926000 (MUKHLISIN) /085361615000 (ADMIN)
PROPOSAL SINGKAT DI http://minhajussunnah.or.id/santri/proposal-singkat-program-dakwah-dan-pesantren-minhajussunnah-al-islamiy-kotaraya-sulawesi-tengah/