DALIL WAJIBNYA MENGIKUTI MANHAJ SALAF (Bag. 1)

Ditulis Oleh: Ustadz Mukhlisin Abu Uwais

Bismillah,…
Sebelum membahas lebih jauh tentang dalil wajibnya mengikuti manhaj salaf, pada muqaddimah ini kita awali terlebih dahulu dengan beberapa point penting.

1). DEFINISI MANHAJ

Manhaj menurut bahasa artinya ath-thariqul wadhih (jalan yang jelas) atau metode atau sarana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Allah Ta’ala berfirman:

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا

Artinya: Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang (dalam beragama)”. (Surat Al-Ma’idah: 48). Shahabat Ibnu Abbas –radhiyallahu `anhu- menafsirkan: Maksudnya adalah jalan dan syari`at. (Tafsir Ibnu Katsir [III/129] Tahqiq Sami bin Muhammad As-Salamah, cet. IV Daar Thiibah, Th. 1428 H.).

Adapun definisi manhaj menurut istilah ialah kaidah-kaidah dan ketentun-ketentuan yang digunakan bagi setiap pembelajarann ilmiyyah, seperti kaidah-kaidah bahasa Arab, ushul Aqiidah, ushul Fiqih, dan ushul Tafsir di mana dengan ilmu-ilmu ini maka pembelajaran di dalam Islam beserta pokok-pokoknya menjadi teratur dan benar. (Lihat Al-Mukhtashar Hatsiits Fiii Bayaani Ushuuli Manhajis Salaf Ash-Haabil Hadiits, hal. 15).

Manhaj dalam beragama artinya jalan atau metode yang benar, jalan hidup yang lurus dan terang dalam beragama menurut pemahaman para shahabat Nabi.

2). DEFINISI SALAF

Salaf berasal dari kata: salafa-yaslufu-salafan, artinya yang telah lalu, yang lebih tua dan lebih utama. (Lisaanul ‘Arab (VI/331) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) rahimahullah).
Kata salaf juga bermakna seseorang yang telah mendahului (terdahulu) dalam ilmu, iman, keutamaan, dan kebaikan.

Sedangkan menurut istilah, salaf adalah sifat yang khusus dimutlakkan kepada para Shahabat Nabi. ketika disebutkan kata salaf maka yang dimaksud (yang mesti terbetik pertama kali dalam benak kita) adalah para Shabat Nabi. Adakah salaf selain mereka? Ada, yaitu orang-orang generasi berikutnya yang mengikuti para shahabat Nabi sehingga mereka disebut dengan istilah salafiyyin (orang-orang yang mengikuti salafush-shalih, orang-orang terdahulu (para pendahulu) yang shalih).

Allah Tabaaraka wa Ta`ala berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung”. (Surat At-Taubah: 100).

Beberapa faidah dari ayat tersebut adalah:

1- Dalam ayat ini Allah menyebutkan tentang generasi terdahulu (salaf) yang lebih dulu masuk Islam, yaitu mereka yang lebih dulu dan bersegera beriman, berhijrah dan berjihad, serta menegakkan agama Allah. Ada yang mengatakan, bahwa mereka ini adalah para sahabat yang hadir dalam perang Badar, atau bisa maksudnya adalah semua para sahabat.

2- Kaum Muhajirin yaitu para sahabat yang berhijrah dari Mekah ke Madinah; yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena):

  1. Mencari karunia dari Allah dan
  2. Mencari keridhaan-Nya, dan
  3. Mereka menolong agama Allah dan Rasul-Nya.

3- Kaum Anshar yaitu para sahabat yang menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) kaum muhajirin. Mereka mencintai kaum muhajirin dan bahkan lebih mengutamakan kaum muhajirin di atas diri mereka sendiri, meskipun mereka dalam kesusahan hidup.

4- Kaum yang mengikuti Muhajirin dan Anshar adalah mereka mengikuti ‘Aqidah, ibadah, manhaj (cara beragama) mereka DENGAN BAIK.

5- Mengikuti DENGAN BAIK Yakni dengan memperbaiki amalan mereka. Di  mana mereka berdoa: “Ya Tuhan Kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian ada dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Lihat Surat Al-Hasyr: 8-10).

6- Allah memberi janji untuk mereka (kaum yang terdahulu masuk Islam, Muhajirin, Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka DENGAN BAIK niscaya akan mendapatkan keridhaan, Surga, sungai-sungai di Surga, kekal di Surga, kemenangan yang besar.

7- Yang dimaksud dengan salaf pertama kali adalah Shahabat Nabi, bukan orang-orang sebelum mereka, bukan pula dihitung mulai dari generasi ribuan tahun setelah mereka, karena generasi terbaik ummat ini dimulai dari generasi mereka (para Shahabat Nabi). Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam- berabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Artinya: “sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa genersi Shahabat), kemudian generasi sesudahnya (masa Tabi`in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi`ut-tabi`in))”. (Riwayat Al-Bukhari, no. 2652 dan Muslim, no. 2533 dari Shahabat Abdullah bin Mas`ud –radhiyallahu `anhu-).

3). KESIMPULAN

Setelah kita paham bahwa salaf adalah shahabat Nabi, Tabi`in dan Tabi`ut-tabi`in, pertanyaannya: mungkinkah kita beragama ini dengan tidak melalui mereka? Jawabnya: “tidak mungkin”. Bila ada yang berkata: “saya tidak mau mengikuti salaf”, maka kita tanyakan: “lalu kalian akan mengikuti siapa dalam beragama ini jika tidak mengikuti Shahabat? Mungkinkah akan mengikuti perasaan dan kata hati? Bila iya maka betapa setiap kepala akan mencari cara tersendiri dalam beribadah, sungguh manusia secerdas apapun tidak akan mampu membuat jalan sendiri ke surga dan memang Allah tidak memberatkan kita dengan beban membuat cara beragama sendiri karena Allah tahu kita tidak akan mampu membuatnya. Maka atas rahmat dan kasih sayang Allah maka Allah buatkan jalan, metode, manhaj, yaitu dengan cara mengikuti cara beragamanya para Shahabat Nabi.

(Faidah kajian di Desa Kayuagung, Sulawesi Tengah. Sabtu Malam Ahad, 23 Syawal 1439 H/07 Juli 2018 M).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *